Senin, 11 Maret 2013

Khotbah Malam Natal (Yes. 9: 1-6; Tit 2: 11-14; Luk 2: 1-14)



Khotbah Malam Natal (Yes. 9: 1-6; Tit 2: 11-14; Luk 2: 1-14)
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"
saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan…..
Ada sebuah cerita dimana Tono dan Tini (nama samaran) sudah kurang lebih satu tahun menikah, membangun keluarga baru, dan belum lama ini dianugerahi anak pertama. Sejak kelahiran anak mereka yang pertama ini baik Tono maupun Tini berubah dan gaya hidup atau cara bertindak. Bagi Tini, misalnya di tengah malam tiba-tiba bayinya menangis dan untuk itu ia pun terbangun menghibur dan menimangnya sehingga tertidur lagi. Tangisan, cara hidup sang bayi memang sungguh merubah gaya hidup Tini, antara lain kurang tidur, hidup tidak teratur, namun meskipun demikian ia tidak mengeluh atau mengesah dan juga tidak merasa lelah. Bagi Tono sendiri juga mengalami perubahan: begitu pulang kantor ia cepat-cepat pulang, dan di waktu malam ketika tidur juga mengalami gangguan karena sang bayi yang menangis, dan jika dihitung ia pun juga mengalami kurang tidur. Sama seperti Tini ia tidak mengeluh atau mengesah karena hal itu, melainkan bahagia dan bangga.
Saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan……
Kelahiran seorang anak di dalam keluarga maupun masyarakat memang membawa banyak perubahan. Perubahan yang terjadi pada umumnya mengarah ke lebih bahagia, lebih sejahtera dan lebih bersaudara atau saling mengasihi. Hanya orang gila, kurang beriman atau kurang kasih akan menjadi uring-uringan atau permusuhan di antara mereka ketika ada seorang anak manusia lahir di dunia. Kelahiran bayi, anak manusia sungguh membawa perubahan dan tentu saja yang ideal adalah perubahan atau pembaharuan hidup yang semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Hari ini kita mengenangkan atau merayakan kelahiran seorang bayi istimewa, Yesus Kristus, Penyelamat Dunia; kelahiran atau kedatanganNya di dunia ini menjadi 'kesukaan besar untuk seluruh bangsa'.
Saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan…..
Berita atau Kabar Gembira tentang kelahiran Penyelamat Dunia pertama-tama diterima oleh para gembala domba, yang hidup di padang belantara, bukan oleh orang-orang Betlehem, yang tidak studi memberi penginapan bagi Yosep dan Maria yang sedang mengandung Penyelamat Dunia. Para gembala menjadi simbol atau menggambarkan orang-orang yang mendambakan perubahan hidupnya, terbuka akan segala kesempatan dan kemungkinan, sementara itu orang-orang Betlehem menggambarkan orang yang telah 'mapan', tertutup terhadap segala perubahan, kesempatan atau kemungkinan dan dengan demikian mereka kurang peka terhadap suara-suara utusan Allah. Maka dengan kemapanan tersebut orang-orang Betlehem tidak mampu menikmati Warta Gembira atau 'kesukaan besar' yang datang dari Allah; sebaliknya para gembalalah yang pertama-tama menerima Warta Gembira itu dan kemudian meneruskannya kepada sanak-saudaranya.
Saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan…….
Rasanya jika kita menghendaki menerima Kabar Gembira tersebut perlu meneladan semangat para gembala, yaitu 'terbuka pada penyelenggaraan Ilahi, terbuka akan aneka macam perubahan, kemungkinan dan kesempatan'. Dan ketika ada perubahan, kesempatan atau kemungkinan baru kita tidak perlu menjadi takut untuk berubah. Eccelsia semper reformanda est = Gereja senantiasa harus diperbaharui, demikian kata pepatah. Siapa itu Gereja? Gereja tidak lain adalah kita semua yang telah mengimani Yesus Kristus dan secara formal/liturgis telah menerima Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi/Komuni Kudus). Untuk itu memang dibutuhkan keutamaan kerendahan hati, entah meneladan para gembala yang dengan kebesaran hati dan penyerahan diri menerima perlakuan dari sesamanya atau meneladan Dia, yang adalah Allah, yang dengan rendah hati telah menjadi Manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa. Dengan dan dalam kerendahan hati kita dapat berubah atau memperbaharui diri; secara konkret dalam hidup bersama, kita perlu bekerja atau belajar rendah hati, dan dengan demikian kita siap untuk menerima 'pemberitaan-pemberitaan atau warta-warta baru' yang datang dari Allah melalui sesama dan kegiatan atau kesibukan kita sehari-hari.
Saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan…..
Jika, entah dalam hidup bersama, bekerja atau belajar, kita tidak rendah hati maka kita tidak mungkin memperoleh 'hal-hal baru' (keterampilan, pengetahuan, kenalan, sahabat dst..) yang kita butuhkan untuk hidup berbahagia, sukacita atau selamat-sejahtera. Dengan kata lain: meneladan semangat para gembala berarti kita siap dididik atau dibina terus menerus (ongoing education, ongoing formation) atau berjiwa magis (berkehendak untuk melebihi diri sendiri terus menerus).
Saudara-iku yang terkasih dalam Tuhan….
Berjiwa magis atau mendidik diri terus menerus perlu dijiwai oleh kegembiraan atau sukacita. Dalam kegembiraan atau sukacita berarti metabolisme darah dan syaraf berfungsi secara prima yang berdampak membuat otak encer dan hati segar berbinar-binar serta tubuh sehat bugar akan membuat orang yang bersangkutan lancar dan tegar dalam pembelajaran atau pendidikan. Sebaliknya jika orang dalam keadaan sedih dan putus asa maka ia akan mengalami kesulitan dalam pertumbuhan dan perkembangan, dan penampilannya pun tidak menarik untuk dilihat atau dinikmati. Orang yang gembira dan ceria senantiasa menarik bagi banyak orang, tua, muda, remaja atau anak-anak; coba lihat 'orang gila yang senantiasa nampak ceria dan senyum terus', bukankah ia menarik dan membuat yang lain terhibur, gembira juga.
Saudara-iku yang terkasih…
Tentu saja keceriaan dan senyum kita bukan karena sakit, tetapi karena kesetiaan dan kemurahan hati Allah, yang telah berkenan hadir di tengah-tengah menjadi Manusia, terhadap kita orang lemah dan berdosa: Emmanuel, Allah berserta kita. "Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan "Yes 9: 2
Dalam sorak-sorai, kegembiraan atau sukacita itulah kita tumbuh berkembang atau berubah. Perubahan ke arah mana yang kita dambakan? Kutipan surat Paulus kepada Titus mengatakan "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini". Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar