Seorang
Pemimpin Sejati adalah Seorang Pelayan
Kebijaksanaan 2: 12,17-20
Mzm 54: 3-4, 5, 6, 8
2 Korintus 5: 15. 17-21
Markus 9: 30-37
(Fr Domincs Masriat-Jurusan Filsafat)
Saudara-I
terkasih dalam Tuhan……….
Pada hari minggu biasa yang ke-XXV,
kita sebagai umat kristiani diajak oleh Tuhan bahwa menjadi pemimpin Kristiani
berarti kita harus berani menjadi pelayan bagi semua orang. Kita harus berani
untuk merendahkan diri satu dengan yang lain.
Bacaan pertama yang kita dengarkan pada hari ini, memberikan
penjelasan bahwa ada suatu gambaran kekuasaan atau kepemimpinan yang negatif
dari orang-orang fasik. Kepemimpinan dan kekuasaan negatif yang ditunjukan oleh
orang-orang fasik adalah menghadang orang-orang yang berbicara dan bertindak
baik, menganiaya dan menyiksa masyarakat, serta menghukum mati mereka. Hal ini
tentunya bukan menunjukan seorang pemimpin yang sejati.
Saudara-i yang terkasih dalam
Tuhan…..
Kita juga kadang seperti orang-orang
fasik pada bacaan pertama yang karena kekuasaan, kita lupa akan Tuhan yang
mengangkat kita menjadi pemimpin. Antara lain; pemimpin rumah tangga terhadap
anggota keluarga, pemimpin kantor terhadap para karyawan, pemimpin stasi
terhadap umat dan pemimpin desa terhadap masyarakat.
Saudara-I
yang terkasih dalam Tuhan…….
Terhadap gambaran kepemimpinan negatif
pada bacaan pertama maka yang menjadi
pertanyaan adalah apakah yang dimaksudkan dengan pemimpin yang sejati?
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus
mengatakan bahwa seorang pemimpin yang sejati adalah sebagai pelayan sabda yang
bukan menghadang orang-orang baik, menganiaya dan menyiksa masyarakat, serta
menghukum mati setiap orang melainkan yang memperdamaikan setiap orang dengan
Tuhan. Seorang pemimpin sejati adalah dia yang mampu mengambil alih beban dosa
sehingga setiap orang merasa legah. Dengan kata lain, bacaan kedua memberikan
gambaran bahwa pemimpin sejati adalah dia yang rela mati supaya semua orang
memperoleh kehidupan.
Saudara-I yang terkasih dalam
Tuhan…….
Bacaan injil juga memberikan
gambaran yang kurang lebih sama dengan surat rasul Paulus kepada jemaat di
Korintus tentang kepemimpinan. Yesus yang dalam bacaan Injil memberikan
pengajaran bahwa kepemimpinan yang sejati adalah dia yang ingin di depan
haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus
menjadi pelayan. Untuk menjelaskan ini, Ia lalu merangkul seorang anak kecil
sebagai model. Seorang anak kecil tidak memiliki pengaruh sama sekali, tidak
memiliki kuasa. Namun Yesus berkata, siapa yang menyambut sesamanya yang tidak
berarti, ia menyambut Tuhan.
Kebesaran seorang pemimpin Kristen
tidak terletak pada berapa orang yang menjadi pengikutnya, tetapi berapa banyak
orang yang dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak justru pada
komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, dan sering terlupakan.
Saudara-I yang terkasih dalam
Tuhan…….
Yesus membalikkan seratus delapan
puluh derajat konsep kepemimpinan yang dimiliki kebanyakan orang, termasuk para
murid-Nya. Alkitab menulis bahwa tak seorang pun yang kuasanya melebihi Dia.
Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah dilakukan-Nya. Namun
Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk kepentingan pribadi.
Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani orang lain.
Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus
menjadi pelayan.
Saudara-I yang terkasih dalam
Tuhan……
Dalam kehidupan, kita kadang
cenderung berat sebelah. Kita terkadang ingin menjadi besar namun tidak mau
menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih untuk menjadi yang terkemuka, namun
tidak pernah rela menjadi pelayan bagi orang lain.
Marilah dalam perayaan sabda ini kiranya
Allah menolong kita untuk melepaskan diri dari jerat kuasa, dan dalam
anugerah-Nya kita dimampukan untuk menjadi pemimpin sejati dengan melayani
sesama.
Semoga
demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar